esta ulang tahun istri boss telah usai. Para undangan sebagian menuju
mobil mereka untuk pulang, sebagian lain lagi menunggu supir
masing-masing berdiri di kanopi rumah boss. Dengan ditemani istri boss
aku menunggu suamiku yang saat ini masih terlihat bicara serius dengan
boss serta staff direksi yang lain. Beberapa saat kemudian kulihat
suamiku bersama boss mendekat ke aku. Boss yang bicara padaku,
"Maaf
Bu Dibyo, Pak Dibyo saya tahan karena ada yang perlu dibicarakan untuk
pertemuan dengan pengusaha Jerman besok. Ibu biar diantar Tarjo supir
saya pulang lebih dahulu. Nggak apa-apa ya Bu, maaf nih", demikian
permintaan maaf boss Mas Dibyo yang nggak mungkin aku sanggah lagi
sebagaimana kebiasaan di lingkungan kantor kami.
Ada kebanggaan bahwa
suamiku, Mas Dibyo, merupakan staff inti yang selalu dibutuhkan pada
saat-saat kritis seperti ini, tetapi aku sudah terlampau banyak
dikorbankan untuk hal-hal seperti ini.
Kebetulan aku meraih "door
prize" saat istri boss mengundi nomer urut tamu malam ini. Lumayan aku
dapat flat TV 21 inchi yang bisa aku pasang di kamar tidurku nanti.
Mobil BMW 650i yang super mewah berhenti di latar kanopi begitu boss
usai bicara padaku. Tarjo sang supir bergegas mengambil dooz besar TV-ku
dan membukakan pintu kursi belakang untukku.
"Selamat malam, Bu.
Wah rupanya Pak Dibyo bisa sampai malam hari ini, Bu. Soalnya saya
dengar rombongan pengusaha Jerman itu minta bapak untuk membuat draft
LOI (maksudnya, Letter of Intent) untuk besok pagi". Begitu Tarjo
memberikan selamat malam padaku dan menyampaikan informasi mengenai
tugas Mas Dibyo hasil dari nguping pembicaraan bossnya.
Sampai di
rumah aku turun lebih dahulu untuk membuka pintu dan menyalakan lampu
ruang depan. Tarjo mengangkat dooz TV ke dalam rumah. Saat itu terpikir
alangkah baiknya kalau Tarjo bisa sekalian membantu membongkar TV-nya
dan menaruh di kamar tidurku. Dengan senang hati dia melakukan
permintaanku. Boss sudah nggak nunggu saya lagi kok Bu, jadi saya bisa
bantu ibu sebentar, begitu jawabnya. Saat itu kuperhatikan matanya
begitu berbinar setiap aku ngajak omong. Dia tidak hanya memperhatikan
bibirku yang bicara tetapi juga gaun malamku yang menampakkan bahuku
yang terbuka, belahan buah dadaku, pinggulku. Aku sudah terbiasa
menghadapi pandangan mata lelaki macam itu, tetapi mestinya bukan
kelasnya Tarjo. Aku merasakan bahwa sebagai lelaki Tarjo pasti juga
tergerak birahinya melihat perempuan seperti aku, itu jelas dari cara
matanya memandangku. Aku mafhum.
Tarjo dengan cepat dan cekatan
melaksanakan permintaanku. Nampaknya dia ingin benar-benar membuat aku
senang. Dan sebagai terima kasihku kubuatkan minuman saat selesai
memasang TV di kamar tidurku. Sementara dia minum aku masuk kamar untuk
ganti baju.
Aku sedang membuka blus setengah dadaku yang tanpa
kancing melalui kepalaku ketika tiba-tiba aku mendengar langkah kaki
Tarjo memasuki kamarku dan sama sekali tak kuduga ketika dia memelukku
dengan kuat dan langsung menciumi ketiakku. Aku berteriak tertahan
karena malu kalau sampai kedengaran tetangga, sementara mukaku masih
tertutup oleh blusku sehingga aku tidak melihat apa-apa di sekelilingku.
Dengan sigap tangan kuat Tarjo membekap mulutku dari balik blusku,
"Jangan
teriak, Bu. Malu khan kalau kedengaran tetangga. Saya nggak tahan nih
Bu. Kepingin ngentot ibu sejak berangkat dari rumah boss tadi. Sebentar
saja, Bu". Gaya bicara Tarjo yang demikian tenang sangat membuatku
jengkel dan marah. Sepertinya dia biasa melakukan hal begini kepada
orang lain. Dasar begundal gila kamu, Jo.
Aku berontak dan jatuh
ke ranjang tertindih tubuh Tarjo yang terus merangsek ketiak dan bagian
tubuhku yang lain. Aku mulai ketakutan Tarjo akan memperkosa aku. Nggak
mungkin dia berbuat begitu padaku yang istri atasan dia juga. Tetapi
teriakkan dan berontakku rasanya sia-sia. Dia terlampau kuat buat aku.
Dengan mudah Tarjo meringkus aku. Mulutku disumpal dengan sapu tanganku
yang dia raih dari meja toiletku. Tanganku dia ikat kuat-kuat pakai tali
rafiah bekas pengikat TV ke kisi-kisi ranjangku. Sementara kakiku
ditahan dengan tubuhnya dengan kuat.
Aku terus berusaha berontak
dengan tubuhku yang masih bebas untuk menggeliat menolak muka Tarjo yang
nyungsep ke dadaku yang hanya tinggal memakai BH. Kakiku juga masih
berusaha melawan kendati tubuhnya sangat kuat menindihku. Aku mulai
berpikir kalau aku bisa menendang selangkangannya pasti Tarjo akan
kesakitan. Tetapi aku nggak mampu. Bahkan tangan kanan Tarjo yang telah
menyingkap gaun malamku mulai menarik-narik celana dalamku. Aku mulai
menangis putus asa. Bagaimanapun nafsu jahat Tarjo akan kesampaian juga.
Dengan
menangis ini Tarjo jadi tahu bahwa perlawananku tinggal separoh,
selebihnya tinggal keputus asa-an dan penyerahan tubuhku yang siap untuk
melampiaskan nafsu binatangnya. Hal ini membuat Tarjo menjadi lebih
gila dan mulai melepasi ikat pinggang kemudian memerosotkan celana
panjangnya hingga ke pahanya. Aku memang semakin putus asa saat
kurasakan Tarjo berhasil menarik melepasi celana dalamku kemudian
menguakkan selangkanganku dan menenggelamkan wajahnya ke kemaluanku. Dia
merangsek menciumi dan menyedoti nonokku. Aku tak bisa membayangkan
lagi bagaimana perasaanku waktu itu. Kemaluanku yang berbulu tipis
dengan bibir vaginanya yang sangat ranum dilumat-lumatnya yang terkadang
sambil melepaskan gigitan-gigitan kecilnya.
Cukup
puas menggarap kemaluanku kini wajah Tardjo merangkaki perutku. Dengan
bibirnya yang terus menjilati dan menyedoti tangan-tangannya melepasi
BH-ku dan membetot keluar payudaraku yang memang sangat menggunung dan
pasti menimbulkan nafsu birahi Tardjo yang makin kesetanan ini. Kemudian
dari jilatan dan sedotan di perutku bibirnya bergerak cepat beralih
mengenyoti dengan sangat ganas buah dadaku yang sudah keluar dari BH
yang sudah berantakkan ikatannya.
Home
»
»Unlabelled
» mosaik istri yang diperkosa
Friday, January 11, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment